Selasa, 27 November 2007

Tukang Kayu - Proyek Kehidupan

*Tukang Kayu*

Seorang tukang kayu yang sudah tua dan tidak lagi
mampu bekerja karena alasan fisik, bermaksud pensiun
dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi.

Ia
menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik
perusahaan. Tentu saja, karena tidak lagi bekerja,
ia
akan kehilangan penghasilan bulanannya untuk
menghidupi keluarganya. Namun keputusan itu sudah
bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan
menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah
seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada
tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi
pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa
terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan.

Dengan persaan malas dan
ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Dan saat
membangun rumah pesanan majikannya itu, ia
menggunakan
bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya
bukanlah sebuah rumah dengan kualitas yang baik.
Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan
prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah
yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah
pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu," katanya,
"hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu.Betapa malu dan
menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia
sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya
sendiri,
ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain
sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah
yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala,
banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan
cara
yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala
kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan,
pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak
memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita
terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan
dan
menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang
kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya
sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan
cara
yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu.
Renungkan
rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita
memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan
atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan
sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya
sekali
saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup
satu
hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk
hidup
penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa
diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah
akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.

Hari perhitungan adalah milik Pencipta, bukan kita,
karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan
kemenangan.

Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri.

____________________________________________________________________________________
Be a better sports nut! Let your teams follow you
with Yahoo Mobile. Try it now.

http://mobile.yahoo.com/sports;_ylt=At9_qDKvtAbMuh1G1SQtBI7ntAcJ