Purna Paskibraka Indonesia
Kota Magelang
Mengucapkan
SELAMAT TAHUN BARU 2009
1 Januari 2009
Pengurus Daerah Purna Paskibraka Indonesia Kota Magelang Mengucapkan SELAMAT HARI IBU 22 Desember 2008 ***** Kubuka album biru Penuh debu dan usang Kupandangi seragam berdiri Kecil bersih belum ternoda Pikirku pun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku s'lalu dimanja Kata mereka diriku s'lalu ditimang Nada-nada yang indah S'lalu terurai darimu Tangisan nakal bibirku Tak 'kan jadi deritamu Tangan halus dan suci T'lah menangkap tubuh ini Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan Kata mereka diriku s'lalu dimanja Kata mereka diriku s'lalu ditimang Oh Bunda ada dan tiada Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku Pikirku pun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku s'lalu dimanja Kata mereka diriku s'lalu ditimang Oh Bunda ada dan tiada Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku... ( Bunda - Potret ) |
PERTANDINGAN FUTSAL PPI KOTA MAGELANG AKAN DILAKSANAKAN PADA : HARI, TANGGAL : RABU, 24 DESEMBER 2008 WAKTU : PUKUL 16.00 WIB S.D. SELESAI TEMPAT : LAP. FUTSAL GLADIOOL. INFORMASI LEBIH LANJUT : HUBUNGI BANDI (085643915151) |
KEPADA SEMUA PENGURUS DIMOHON KEHADIRANNYA DALAM KOORDINASI KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN PADA : HARI, TANGGAL : SABTU DAN MINGGU, 20 DAN 21 DESEMBER 2008 WAKTU : MENYESUAIKAN (HUB. NDANWAL) TEMPAT : MENYESUAIKAN (HUB. NDANWAL) KETERANGAN : MOHON MATERI KOORDINASI DIPERSIAPKAN DENGAN BAIK. |
DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH PENGURUS DAN ANGGOTA PPI KOTA MAGELANG, KEGIATAN LATPIMLA DAN DONOR DARAH AKAN DISELENGGARAKAN PADA : TANGGAL : 27 DESEMBER 2008 S.D. 1 JANUARI 2009 TEMPAT : MENYUSUL WAKTU : PUKUL 07.00 WIB S.D. 17.00 WIB PENJELASAN DAN KOORDINASI PROGAM AKAN DILAKSANAKAN PADA SAAT PERTEMUAN RUTIN BULAN DESEMBER 2008, YAITU PADA : HARI, TANGGAL : SABTU, 13 DESEMBER 2008 WAKTU : PUKUL 14.00 WIB S.D SELESAI TEMPAT : SMA NEGERI 3 MAGELANG Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi : BARJO (085643978618) URUSAN DONOR DARAH NDANWAL (085643711157) URUSAN LATPIMLA DEMIKIAN UNTUK DIKETAHUI. |
“San..sekarang tanggal berapa?” tanya Andi.
Ya.. namaku Hasan, lengkapnya Abdullah Hasan Al-Garuti.
“Tanggal dua puluh delapan,” jawabku.
“Dua puluh delapan apa?” tanya Andi lagi.
“Oktober,” jawabku datar.
“Oh..” Andi terlihat serius melihat berita.
“Kenapa gitu Di?” tanyaku pada teman yang sudah empat tahun sekamar denganku.
“Aku rindu keluargaku, padahal belum lama pulang, baru tiga bulan.”
Tidak berapa lama, topik berita berganti dari mutilasi menjadi Sumpah Pemuda.
“Oh iya Di, sekarang kan Hari Sumpah Pemuda.”
“Iya,” jawaban Andi dingin.
Aku senang berorganisasi, tapi Andi tidak begitu ngeh dengan organisasi.
“Di, menurutmu apa pentingnya Sumpah Pemuda?” Aku membuka obrolan.
“Sumpah pemuda?”
“Iya, kita kan pemuda”
“Dari kata sumpahnya saja berat San.”
“Berat gimana Di?”
Andi, walaupun tidak suka berorganisasi, tapi jika sudah bicara, aku banyak mendengarkan. Perkataannya berat.
“Sumpah. Sumpah itu konsekuensinya berat bagi yang tidak dapat melaksanakannya. Sumpah itu, biasanya diawali dengan kata demi. Demi Allah, demi masa, dan sebagainya.”
Pembicaraan Andi terhenti sejenak, tangan kanannya mengambil gelas bening polos berisi air manis-pahit, mengangkat dan mendekatkan ke bibirnya, serta meminum air tersebut. Memang nikmat, minum kopi susu pagi-pagi, apalagi hujan begini.
Televisi terus menyala dengan topik berita yang berganti-ganti dihiasi gemericik air hujan yang berjatuhan menimpa genting. Kamarku—yang juga kamar Andi—berada di lantai dua rumah Ibu Kos. Ya, kamarku berada di dalam menyatu dengan rumah Ibu Kos, rumah ini punya pintu dan jalan yang berbeda dengan pintu utama masuk rumah karena bentuknya yang terbelah ditengah, jika dibuka atasnya aja seperti jendela. Untuk sampai ke kamarku bisa melalui pintu ini.
Kamarku dekat dengan tangga. Ada sembilan anak tangga beralaskan karpet biru. Dulu, waktu semester satu sampai empat, beralaskan karpet merah. Seperti mau masuk ke istana saja. Begitulah kamar kos-ku, istanaku. Televisi disediakan Ibu Kos dekat dengan tangga, depan kamarku. Andi meneruskan pembicaraannya.
“Sumpah tidak berarti, kecuali jika menyebut nama Allah atau salah satu sifat-Nya. Kita tidak boleh bersumpah dengan nama makhluk. Hanya Allah saja yang bersumpah dengan makhluk-Nya. Tadi sudah dicontohkan satu—1demi masa—yang lainya 2demi matahari dan cahaya dipagi hari—3demi siang bila terang benderang dan demi malam bila menutupi cahaya siang. Hal ini untuk mengundang perhatian terhadap benda-benda yang dijadikan sumpah dan dorongan untuk mengamatinya, sehingga kita bisa menemukan kebenaran.”
“Terus beratnya di mana Di dan berapa kuintal?”
“Ah, kamu ada-ada saja San. Beratnya, orang yang bersumpah wajib melaksanakan isi sumpahnya. Sumpah yang isinya dilaksanakan menjadi amal baik, jika tidak melaksanakan maka wajib membayar kafarat.”
“Kafarat?”
“Iya, kafarat itu penutup. Maksudnya segala bentuk pekerjaan yang dapat menutupi dosa sehingga tidak meninggalkan pengaruh yang menyebabkan adanya sanksi di dunia dan di akhirat.”
“Memang, kalau kita tidak melaksanakan Sumpah Pemuda, kita harus bayar kafarat?”
“Hmm, yang aku jelaskan tadi tentang kata sumpah. Yang aku tahu sumpah yang harus membayar kafarat jika sumpah itu tidak dilaksanakan yaitu sumpah yang dimaksudkan pelakunya secara sungguh-sungguh. Ada pun sumpah orang yang dipaksa dan orang yang bergurau tidak sah atau tidak ada kafarat.”
“Sumpah orang yang bergurau? Contohnya?”
“Contohnya..” Mata Andi naik ke atas dan keningnya berkerut. “Demi Allah kamu mesti makan atau demi Allah kamu mesti datang.”
“Oh gitu ya Di.”
“Itu baru dari kata Sumpah. Sekarang Pemuda.”
Kepalaku manggut-manggut
“Pemuda adalah orang yang berpengaruh untuk perubahan nasib bangsa.” Andi terdiam, kemudian meminum kopinya lagi. Aku menoleh ke belakang melihat ikan kecil warna-warni berenang di akuarium. Hujan mulai reda.
“Namun pemuda sekarang perlu pembinaan.”
Aku kembali melihat ke muka berkulit putih dengan alis tebal, hidung sedang (tidak terlalu mancung), memang tampan temanku ini.
“ Pembinaan mental..paradigma mereka harus di-setting ulang. Memang tidak semua, mayoritas dari mereka jauh dari harapan untuk memajukan bangsa ini. Aku lupa teks Sumpah Pemuda karena tidak menghafalnya, yang penting pemuda merupakan generasi penerus bangsa ini.”
“Terus, paradigma yang bagaimana yang seharusnya ada pada pemuda?” tanyaku.
“Paradigma yang berorientasi pada tujuan hidup sebenarnya, bukan pada tujuan hidup yang semu.”
“Maksud tujuan hidup yang semu?”
“Hmm..” Kening Andi berkerut dan menjawab.
“Misalnya tujuan saya adalah kaya raya. Bukan tidak boleh kaya, setelah kaya mau apa? Sudahkah tujuan hidup tercapai? Jika sudah, mau apa lagi?”
Lagi-lagi kepalaku manggut-manggut
“Contoh lainya, senang-senang—hidupku adalah kesenanganku—asal aku senang, akan aku lakukan apa saja, bahaya itu !”
“Terus tujuan hidup sebenarnya apa?’
“Ah, aku yakin San, kamu lebih tahu tentang itu.”
“Iya, aku setuju Di, sudah seharusnya pemuda mempunyai paradigma yang berorientasi pada ibadah. Mau apa lagi hidup di dunia ini? Tugas kita adalah ibadah, mengabdi pada Allah.”
“So, San, kamu mau ngapain buat memperingati Hari Sumpah Pemuda sekarang? Mau upacara? Kalau aku, ogah ah, apalagi habis hujan begini. Mana becek, nggak ada ojek, cape deh. Hehe..”
“Hehe..”
Aku dan Andi tertawa bersama. Lagi-lagi hatiku berteriak, Sumpah Pemuda, mudah-mudahan tidak sekadar peringatan, tapi aku harus menjadi pemuda yang dapat berkarya. Karya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.