Sabtu, 22 Agustus 2009

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa


PENGURUS DAERAH
PURNA PASKIBRAKA INDONESIA KOTA MAGELANG

Mengucapkan

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA

Rabu, 19 Agustus 2009

Acara Bulan September 2009

Rapat Evaluasi Puslatda 2009 ;

Hari, Tanggal :
Sabtu, 29 Agustus 2009
Waktu :
Pukul 16.00 WIB s.d. Selesai
Tempat :
R.M. Mulih Ndeso
Peserta :
- Pengurus PPI
- Panitia Puslatda 2009
Pakaian :
Batik + Jaket Paskibraka



Pertemuan Bulan September 2009, sekaligus makan bersama ;

Hari, Tanggal :
Sabtu, 12 September 2009
Waktu :
Pukul 16.00 WIB s.d. Selesai
Tempat :
R.M. Bu Tatik
Peserta :
- Paskibraka Kota Magelang 2009
- Paskibraka Kota Magelang 2008
- Paskibraka Kota Magelang Semua Angkatan.
- Pengurus PPI 2009 - 2013
Kontribusi :
Rp. 16.000,- setiap anak.
Keterangan :
Direncanakan, sekaligus akan dibagikan fasilitas ;
1. Piagam Puslatda, Piagam Paskibraka dan KTA bagi Paskibraka 2008.
2. Batik, Topi, Sticker, Pin, KTA, Buku Kenangan, VCD bagi Paskibraka 2009.
3. Kartu Tanda Pengurus bagi Pengurus PPI.
Catatan :
1. Paskibraka Kota Magelang 2009 diwajibkan kehadirannya.
2. Piagam Puslatda dan Paskibraka 2008, Batik, Topi, Sticker, Pin, KTA, Buku Kenangan dan VCD bagi Paskibraka 2009 hanya dapat dibagikan pada saat kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh Pengurus PPI dan pengambilannya tidak dapat diwakilkan.
Pakaian :
Batik + Jaket Paskibraka.

Kontak :
Martanto Dwi Nugroho ( Lurah 2008 ) 085643234694

Minggu, 02 Agustus 2009

Saya Belajar

Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba
cepat di dunia ini, semua butuh proses
dan pertumbuhan, kecuali saya ingin
sakit hati…

Saya belajar,
bahwa saya harus memilih apakah
menguasai sikap dan emosi atau sikap dan
emosi itu yang menguasai diri saya…

Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi
itu bukan berarti saya harus benci dan
berlaku bengis…

Saya belajar,
bahwa kata-kata manis tanpa tindakan
adalah saat perpisahan dengan orang yang
saya cintai…

Saya belajar,
bahwa orang-orang yang saya kasihi
justru sering diambil segera dari
kehidupan saya…

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar dari kesalahan
yang pernah saya lakukan dan hidup untuk
masa depan, bukan terus menerus melihat
ke masa lampau…

Saya belajar,
bahwa cinta itu memberi dan mengerti
tanpa harus diberi dan dimengerti…

Saya belajar,
bahwa apa yang kita inginkan tidak
selalu sesuai dengan apa yang kita
butuhkan, dan kita harus berlapang dada
untuk menerimannya…


http://imamshofwan.wordpress.com/2009/07/31/saya-belajar/

Sabtu, 01 Agustus 2009

Pemeriksaan Kesehatan Capaska 2009

Pemeriksaan Kesehatan Bagi Capaska Kota Magelang Tahun 2009 dijadwalkan sebagai berkut;

Pemeriksaan Kesehatan 1;
Hari, Tanggal : Senin, 3 Agustus 2009
Waktu : Pukul 07.00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Balai Pengobatan Pemkot Magelang
(Komplek Pemkot Magelang)

Pemeriksaan Kesehatan 2;
Hari, Tanggal : Jum'at, 14 Agustus 2009
Waktu : Pukul 08.00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Balai Pengobatan Pemkot Magelang
(Komplek Pemkot Magelang)

Demikian untuk diketahui.

Kegagalan dan Keberhasilan

lose

Kawan, taukah artinya gagal….? Apa bedanya dengan keberhasilan? Perbedaanya adalah terletak pada sikap kita dalam memandang dua hal tadi. Seringkali kita sangat takut pada kegagalan sehingga kita tidak pernah mau mencoba. Seringkali hal-hal yang kita takutkan adalah hal-hal yang tidak wajar dan tidak masuk akal. Dengan kita tidak pernah mencoba melakukan sesuatu sebenarnya kita telah gagal.

Kawan, pada saat kita jatuh sebenarnya kita sedang belajar untuk menemukan cara bagaimana kita bisa berdiri lagi. Biarlah kita merasakan kegagalan, karena kegagalan itu akan mengajarkan pada kita untuk bangkit kembali. Kegagalan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Rasa takut membuat kita lebih waspada. Dengan rasa takut akan memberikan energi ekstra pada kita untuk mengatasi hal-hal yang sulit.

Rasa takut ada untuk mendorong kita lebih maju lagi. Rasa takut diciptakan bukan untuk menahan kita pada tempat kita saat ini. Biarkanlah rasa takut mempersiapkan diri kita untuk lebih kuat lagi, akan tetapi jangan gunakan rasa takut untuk menghentikan langkah kita.

Kegagalan paling abadi adalah kegagalan untuk bertindak. Bila kita telah mencoba dan gagal itu akan memberikan pelajaran pada kita untuk tidak melakukan hal-hal yang pernah kita coba tersebut. Kegagalan tidak akan pernah hinggap pada kita yang terus berusaha. Kegagalan merupakan setengah dari keberhasilan. Banyak dari kita yang sudah hampir mencapai keberhasilan berhenti ditengah jalan hanya karena sandungan kecil, yang pada akhirnya menyebabkan kita tidak pernah sampai pada keberhasilan.

Sobat kegagalan hanyalah bagian dari keberhasilan yang tertunda. Kegagalan mengajarkan pada kita bagaimana caranya untuk mencapai keberhasilan……..Bagaimana kawan……..


Sumber KLIK DISINI

SEJARAH TERBENTUKNYA PASKIBRAKA

1. Bendera Pusaka
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan tersebut, untuk pertama kalinya secara resmi Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh Latief Hendaningrat dan Suhud. S. Bendera tersebut merupakan hasil jahitan Ibu Fatmawati Soekarno dan selanjutnya bendera inilah yang disebut “Bendera Pusaka”
Bendera Pusaka berkibar siang dan malam ditengah hujan, tembakan sampai Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946.
Pada tahun 1948 Belanda melancarkan agresi militernya. Pada waktu itu Ibukota RI berada di Yogyakarta, Bapak Husein Mutahar (Bapak Paskibraka-red) ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk menyelematkan Bendera Pusaka. (Penyelematan Bendera tersebut merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakan berkibarnya Sang Merah Putih di persada Ibu Pertiwi)
Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut terpaksa Bapak Husein Mutahar harus memisahkan antara bagian yang merah serta putihnya. Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan diantara Bendera tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya kedua bagian tersebut masing-masing di simpan sebagai dasar pada kedua tas Bapak Husein Mutahar yang selanjutnya tas tersebut diisi dengan pakaian serta perlengkapan pribadi miliknya. Hal ihwal Bendera tersebut dipisahkan, karena pada waktu itu beliau mempunyai pemikiran bahwa setelah dipisah Bendera tersebut tidak lagi dapat dikatakan Bendera karena hanya sebatas secarik kain. Hal ini dilakukan guna menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Tak lama setelah Presiden menyerahkan Bendera Pusaka, Beliau ditangkap dan diasingkan oleh Belanda bersama Wakil Presiden beserta staf kepresidenan lainnya ke Muntok, Bangka Sumatera.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948 Bapak Husein Mutahar menerima berita dari Bapak Soejono , isi pemberitahuan itu yakni adanya surat pribadi Presiden pada dirinya yang pada pokoknya Presiden memerintahkan Bapak Husein Mutahar guna menyerahkan kembali Bendera Pusaka kepada Beliau dengan perantaraan Bapak Soejono yang selanjutnya Bendera Pusaka tersebut dibawa serta diserahkan kepada Presiden ditempat pengasingan (Muntok, Bangka).


Setelah mengetahui hal tersebut, dengan meminjam mesin jahit milik isteri seorang dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua bagian tersebut disatukan kembali persis pada posisinya semula, akan tetapi sekitar 2 cm dari ujung Bendera ada sedikit kesalahan jahit.


Selanjutnya Bendera tersebut di serahkan kepada Bapak Soejono sesuai dengan isi surat perintah Presiden.

2. Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta
Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke II (1946-red), Presiden memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Bapak Mayor Laut (L) Husein Mutahar (yang kelak menyelamatkan Bendera Pusaka-red). Selanjutnya memberikan tugas untuk mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1946 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta (pada tahun 1946 Ibukota RI berada di Yogyakarta-red).
Pada saat itu Bapak Husein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putera dan 2 orang puteri perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta.
Formasi pengibaran seperti ini dilakukan sampai dengan tahun 1948.
Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden bersama Wakil Presiden tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka (tempat pengasingan-red) dengan membawa kembali Bendera Pusaka. Tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan di Negeri Belanda dan mengubah bentuk negara Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat dan menyerahkan kekuasaan di Jakarta. Sedangkan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat dilakukan di Yogyakarta.
Tanggal 28 Desember 1949 Presiden kembali ke Jakarta guna memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat. Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI dan pada hari itu juga Bendera Pusaka juga dibawa ke Jakarta.
Untuk pertama kali peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka, Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang tujuh belas dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Regu-regu pengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah tangga Kepresidenan.

3. Percobaan Pembentukan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan Pasukan Pertama Tahun 1968

Pada tahun 1967 Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta (5 orang-red), kemudian beliau mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : Kelompok 17/Pengiring (Pemandu), Kelompok 8/Pembawa (Inti), Kelompok 45/Pengawal. Ini merupakan simbol yang diambil dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
Pada saat itu dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.
Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI-red) , tetapi pada waktu itu libur perkuliahan dan transfortasi Magelang-Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit untuk dilaksanakan.
Usul lain untuk menggunakan pasukan elite ABRI (RPKAD, PGT, MARINIR, BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Jakarta.
Tahun 1968, petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah pemuda utusan propinsi. Tetapi belum seluruh propinsi mengirimkan utusan sehingga harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya terlalu tua sehingga tidak mungkin untuk dikibarkan kembali, maka dibuatlah duplikat. Untuk dikibarkan di tiang 17 Meter Istana Merdeka, telah tersedia Bendera Merah Putih dari bahan Bendera (wool) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putihnya langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.
Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu oleh PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam prakteknya pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat ideal yang ditentukan Bapak Husein Mutahar, karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.
Tanggal 5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan di masing-masing daerah dapat dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dan pembacaan Naskah Proklamasi bersamaan dengan Upacara Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan yang dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta. Selanjutnya kedua benda tersebut juga di bagikan ke Daerah Tingkat II serta perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera Duplikat mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan. Pada tahun itu juga resmi anggota PASKIBRAKA adalah remaja SMTA se-tanah air yang merupakan utusan dari tiap-tiap propinsi. Setiap propinsi di wakili oleh sepasang remaja.
Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS akronim dari Pasukan, KIB akronim dari Pengibar, RA berati bendera, KA berati Pusaka. Mulai saat itulah resmi singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA sampai saat ini.


Dirangkum dari
Buku Kenangan 25 Tahun PASKIBRAKA
Direktorat Pembinaan Generasi Muda
Ditjen Diklusepora Depdikbud
Tahun 1993